Hadang Alat Berat Geothermal: Istighosah Dukungan Abuya Picu Perlawanan Warga


BARAK- Gerakan perlawanan warga Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten terhadap proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Geothermal, semakin menggelora. Warga bersikukuh, kehadiran Geothermal lebih banyak membawa dampak buruk bagi kelestarian alam dan peradaban manusia secara umum, ketimbang nilai manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar.

Senin (23/11/2020), ribuan warga yang terdiri dari Santri, ulama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat umum yang tergabung dalam Syarekat Perjuangan Rakyat (Sapar), berhasil menghadang alat berat PLTPB yang hendak masuk dan membongkar pagar akses Geothermal yang diblokir warga.

Sejak pukul 07:00 WIB, warga sudah mulai berkumpul dan menunggu kedatangan alat berat di jalan raya Citasuk-Serang, tepatnya didepan Masjid At-Taubah, Kp Barengkok, Des Batukuwung, Kec Padarincang.

Tekad warga tidak terlihat surut meskipun alat berat yang ditunggu-tunggu baru tiba dilokasi sekitar pukul 17:50 WIB.

Meskipun dalam pengawalan Marinir yang berjumlah sekitar 50 personil, namun tanpa ragu warga tetap menghadang. Adu argumen dengan aparat TNI pun tidak terhindarkan, hingga akhirnya alat berat dibawa keluar dari bumi padarincang. Meski sempat bersitegang, namun kondisi tetap kondusif.

"Kami berkumpul disini untuk menghalau alat berat yang hendak membongkar portal warga menuju akses proyek Geothermal".

Demikian tegas tokoh masyarakat Padarincang, H. Doif kepada awak media.

Ia menjelaskan, sudah lebih dari lima tahun pemerintah tidak juga mendengar aspirasi warga Padarincang. "Kita sudah sampai ke pemerintah pusat. Namun nampaknya pemerintah tidak berpihak pada Rakyat," sesalnya.

H. Doif kembali menegaskan, masyarakat akan tetap menolak proyek pembangunan PLTPB.

Senada diungkapkan Himpunan Mahasiswa Padarincang (Himapar) yang menilai, PLTPB mengandung segudang persoalan.

"Nilai manfaat atas kehadiran Goethermal, tidak sebanding dengan dampak buruk yang kelak akan dirasakan warga. Geothermal adalah gaya baru kaum imperialis untuk menguasai alam dan menindas warga," jelas Ketua Himapar, Rohman, layaknya dilansir BantenHits, Selasa (24/11/20).

Kehadiran Geothermal Padarincang, lanjutnya, tidak menutup kemungkinan akan menjadi bencana bagi warga sekitar, karena potensi bencana yang ditimbulkan sangat rawan, seperti gempa bumi, longsor, dan kerusakan alam lainnya.

"Bahkan bukan tidak mungkin dalam waktu tertentu akan menenggelamkan bumi Padarincang, seperti halnya lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur," tandasnya.


Abuya Muhtadi Cidahu Pimpin Istighosah & Buka Akses Proyek Geothermal


Sebelumnya, Rabu (04/03/2020) lalu, ulama kharismatik, KH. Muhtadi Dimyati (Abuya Muhtadi) asal Cidahu, Kab Pandeglang, Banten, memimpin acara istghosah dan doa bersama yang mengusung tema "Istighosah Keselamatan Bumi Banten Untuk Indonesia".

Acara yang diadakan di Alun-Alun Kec Padaringcang tersebut, dihadiri unsur Muspida dari Kab Serang, tokoh masyarakat dan aparat kepolisian.

Meskipun ditengah hujan gerimis, Abuya Muhtadi langsung menuju akses proyek pembangunan Geothermal untuk membuka secara simbolis akses jalan yang sebelumnya ditutup warga sekitar. Abuya juga berpesan agar akses jalan tersebut dibuka.

"Ini doa keselamatan untuk semua. Keselamatan masyarakat Banten khususnya, Indonesia pada umumnya," kata Abuya Muhtadi, layaknya dilansir TitikNOL, Rabu (04/03/2020).


Istigosah Dukungan Geothermal, Picu Perlawanan Warga Secara Masif


Istigosah dan doa bersama serta pembukaan akses menuju lokasi proyek Geothermal yang menghadirkan Tokoh Ulama Kharismatik, KH. Muhtadi Dimyati (Abuya Muhtadi) Cidahu, Pandeglang, yang dipandang sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan PLTPB, memicu gerakan perlawanan secara masif dari warga untuk semakin menolak keberadaan Goethermal di Bumi Padarincang.

Hal itu diungkapkan tokoh masyarakat Padarincang, H. Doif.

"Kita akan tetap melindungi alam Padarincang. Alam harus tetap lestari untuk masa depan anak cucu," ujarnya usai menggelar acara nonton bareng bersama warga Padarincang, terkait bahaya Geothermal, Kamis (05/03/2020) lalu.

Terkait adanya dukungan terhadap Geothermal, lanjutnya, dukungan tersebut tidak berdasarkan pada kajian yang jelas.

"Kami akan terus menolak dan melawan untuk kedaulatan warga Padarincang," tegasnya.

Terpisah, Aktivis Himpunan Mahasiwa Basement (Himabes) UNIS Tangerang, Abdel menilai, adanya polarisasi yang sengaja dimainkan, termasuk isu ulama dan ketokohan untuk melancarkan proyek Geothermal, telah mengganggu ketenangan warga yang sudah menolak sejak lima tahun yang lalu.

"Kami menyayangkan adanya upaya jual-beli agama dan pemanfaatan tokoh agama demi memuluskan proyek Geothermal," ujar Abel, layaknya dilansir Updatenews Maret lalu.

Ketika penolakan dari masyarakat semakin besar, ungkapnya, kemudian ada upaya pihak perusahaan dan aparat Pemda untuk memanfaatkan tokoh agama.

"Kami menyayangkan manuver "jual" tokoh agama demi memuluskan proyek yang ditolak warga," tandasnya.* (Barak)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tunjangan Kinerja PNS Kementerian PUPR Diusulkan Naik 100 Persen

Dukung Pengembangan Kawasan, BBPJN Sumut Bangun Jl Lingkar Ir Soekarno Siborongborong

Penanganan Bahu Jalan Rawan Ambles di BBPJN DKI-Jabar Setengah Hati