Jembatan Air Pelawan Baru Berupa Galian Sumuran
BARAK- Di pertengahan tahun 2019, Kementerian PUPR menggelorakan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi konstruksi, agar desain dan pembangunannya menjadi lebih ramping, menghindari kesalahan mulai dan perencanaan hingga pelaksanaan, dan penggunaan material, peralatan dan waktu menjadi lebih optimal.
Namun hal itu nampaknya tidak berlaku dalam pelaksanaan konstruksi pada jajaran Ditjen Bina Marga (DJBM) Kementerian PUPR di Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Bangka Belitung (Babel).
Pasalnya, sekedar menentukan model konstruksi bagi pondasi jembatan saja tidak selesai dalam lima bulan. Hal ini mengakibatkan belum adanya progres pekerjaan selain galian sumuran dan pagar seng yang mengitari lokasi proyek.
Seperti diketahui, jembatan Air Pelawan mengalami kerusakan pada awal April 2020 lalu saat hujan deras. Diduga akibat tak kuat menahan derasnya aliran air, jembatanpun mengalami sedikit penurunan pada bagian pondasi. Namun penurunan pondasi tersebut tidak sampai mengakibatkan jembatan putus, bahkan masih bisa dilewati kendaraan walaupun harus melambatkan laju.
"Tapi entah kenapa, tiba-tiba jembatan itu langsung dihancurkan, lalu diganti dengan jembatan darurat pada bagian sampingnya," ungkap Acoy, warga Kec Riau Silip, saat melintas dilokasi, layaknya dilansir bangkapos, Senin (5/10/2020).
Acoy juga menjelaskan, jembatan Air Pelawan tidaklah selebar dan sedalam jembatan Sinar Jaya Sungailiat. Namun ia heran, kenapa pengerjaan jembatan Sinar Jaya bisa lebih cepat. "Ini aneh," imbuhnya.
Dipihak lain, pengawas proyek rehabilitasi/rekonstruksi jembatan Air Pelawan, Wiwid menjelaskan alasan rehab jembatan tersebut tak kunjung selesai.
Menurutnya, dalam rencana awal pekerjaan jembatan tersebut menggunakan pondasi sumuran. Namun dalam proses pengerjaannya, diminta agar diganti menggunakan pondasi tiang pancang.
"Setelah diganti tiang pancang, ternyata diminta ganti lagi ke sistem sumuran dengan kedalaman lima meter. Dan sekarang setelah dikerjakan dengan pondasi sumuran, eh...malah diminta ganti lagi pake tiang pancang," jelasnya.
Wiwid juga menjelaskan, setelah pondasi tiang pancang disepakati, kemudian ada lagi rapat untuk diganti lagi menjadi pondasi sumuran.
"Nah, kami yang dilapangan juga bingung. Sekarang disuruh kerja dengan sistem sumuran lagi. Tapi begitu kita mengambil tanah dari dalam sumuran, tanah bagian luarnya menjepit. Kami bahkan sudah menekannya menggunakan alat berat, namun sumuran tidak masuk juga, sehingga kami menggunakan mesin TI untuk memasukan sumurannya. Dan saat ini sumurannya sudah masuk sedalam lima meter," jelasnya.
Sementara Rian, pemilik mesin TI yang menyewakan peralatan TI miliknya kepada kontraktor jembatan mengatakan, bahwa peralatannya disewakan untuk menurunkan beton sumuran bagi pondasi jembatan. Pihaknya mengaku hanya mengerjakan apa yang diperintahkan kontraktor.
Rian mengatakan, saat ini sumuran sudah masuk ke dalam tanah, dan sudah menggantung di kedalaman tiga meter.
"Kami juga tidak tahu apa penyebabnya sumuran tidak bisa masuk lebih dalam. Tapi sudah ada empat buah sumuran didalam pondasi jembatan ini," ungkapnya.* (Barak)
Komentar
Posting Komentar