Bendungan Leuwikeris, Besar Dampak Ketimbang Manfaat
BARAK, (Jabar)- Hingga hari ini, suara yang membahas soal meluapnya air dari tanggul pengalihan bendungan Leuwikeris hingga mengakibatkan 58 rumah warga dan sejumlah fasilitas umum terendam, nyaris tak terdengar.
Kejadian itu hening, seakan terjadinya ditengah belantara yang tidak menimbulkan kerugian dan keresahan bagi warga yang terdampak.
Padahal bendungan itu dibangun dengan uang rakyat sebesar Rp 2,8 triliun. Belum lagi biaya study kelayakan, perencanaan, pengawasan dan lainnya.
Ada yang bersuara walaupun "purau", yakni Ketua Komisi III DPRD Kota Banjar, Cecep Dani Sufyan.
Anggota legislator itu prihatin dengan kondisi 58 KK terdampak. Peristiwa itu, katanya, perlu disikapi serius oleh Pemkot Banjar.
"Jangan sampai kemudian terjadi hal yang tidak di inginkan. Mumpung pembangunannya belum selesai, ini harus di uji. Kejadian kemarin menjadi sinyal untuk kita waspada, dan membuka peluang untuk dilakukan evaluasi," ujarnya disitat timesindonesia, kemarin.
Agar keresahan masyarakat tidak berkepanjangan, ia mendorong Dinas PUPR segera berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, agar duduk bersama dengan Walikota, jangan sampai kejadian kemarin kembali merugikan masyarakat Kota Banjar.
Cecep menyebutkan, belum tuntas saja, bendungan Leuwikeris sudah mengakibatkan banjir dengan debit air sekitar 20 persen.
"Apa yang terjadi jika bendungan itu sudah jadi dan sudah terisi debit air 80 persen? Pemkot harus menyampaikan hal ini agar dilakukan evaluasi secara maksimal. Jangan sampai dampaknya lebih besar ketimbang manfaat," tegasnya disitat timesindonesia, kemarin.
Bagaimanapun, lanjutnya, jika dihitung, prosentase manfaat bendungan Leuwikeris bagi masyarakat Kota Banjar lebih kecil dibanding potensi ancamannya.
Biaya Rp 2,8 Triliun
Untuk membangun fisik bendungan Leuwikeris, pemerintah melalui BBWS pada Ditjen SDA Kementerian PUPR menggelontorkan anggaran sebesar Rp 2,8 triliun. Anggaran sebesar itu dibagi dalam 5 paket proyek.
Paket 1 dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan - PT Bahagia Bangun Nusa KSO dengan kontrak senilai Rp 867 miliar. Paket 1 sendiri mencakup pekerjaan bendungan utama dan bangunan fasilitas.
Lalu paket 2 digarap oleh PT Waskita Karya - PT Adhi Karya KSO dengan nilai kontrak sebesar Rp 461,8 miliar. Paket 2 meliputi pekerjaan bangunan pelimpah, hydromechanical dan electrical serta bangunan pengelak.
Kemudian paket 3 dikerjakan oleh PT Hutama Karya dengan nilai kontrak sebesar Rp 385,2 miliar. Lingkup pekerjaannya sendiri meliputi bangunan terowongan pengelak dan jalan akses.
Selanjutnya paket 4 dikerjakan oleh PT Waskita, PT Hutama Karya dan PT Basuki Rahmanta Putra KSO dengan kontrak senilai Rp 804,3 miliar. Paket 4 sendiri terdiri atas pekerjaan access road, plugging terowongan pengelak hingga penunjang OP.
Dan paket 5 dimenangkan oleh PT Waskita Karya - PT Adhi Karya dengan kontrak senilai Rp 289,73 miliar, yang meliputi pekerjaan pembangunan terowongan pengelak, bangunan pengambilan hingga Jembatan Cikembang.
Design Tahan Gempa
Seperti diketahui, bendungan Leuwikeris sendiri dibangun diatas lahan seluas 48 ribu hektar. Proyek strategis nasional itu membentang dari Tasikmalaya hingga Ciamis, Jawa Barat (Jabar).
Menurut Kabid Pelaksanaan pada BBWS Citanduy, Sugeng Herianto, ground breaking proyek bendungan Leuwikeris dilakukan pada 2016 lalu.
Ia menyebutkan, bendungan Leuwikeris dibangun untuk mengoptimalkan pemanfaatan ketersediaan air sebesar 5,30 miliar kubik per tahun, yang mampu mengairi daerah irigasi seluas 11.216 hektar, termasuk penyediaan air baku bagi warga Kota Banjar, Kab Tasikmalaya dan Kab Ciamis sebesar 845 liter per detik.
"Bendungan juga mereduksi banjir 25 tahun sebesar 11,7 persen, dan mampu menghasilkan daya listrik 20 megawatt," jelas Sugeng dilansir kumparan.
Tidak hanya itu, bendungan dengan ketinggian 83,5 meter, yang membentang sepanjang 8 Km itu digadang-gadang tahan terhadap gempa berkekuatan maksimal sekalipun.
"Kami sudah melaksanakan RPD, kalaupun seandainya terjadi gempa dengan kekuatan 9 SR, bendungan kita masih aman."
Demikian ungkap PPK Perencanaan bendungan pada BBWS Citanduy, Agung Setiawan.
Jangankan Gempa, Banjir Saja Jebol
Sebelumnya, Humas BBWS Citanduy, Rahmat Syah menjelaskan, telah terjadi hujan lebat pada Minggu (11/09/2022) pukul 20:00-22:00 WIB yang mengakibatkan kenaikan muka air sungai hingga diatas elevasi inlet terowongan yang melimpas pada tanggul inlet terowongan dan masuk ke area tubuh bendungan.
Dari analisis hidrologi, katanya, debit air sebesar 845.6 m3/dt masuk dalam kategori Q200, yang terjadi setiap 200 tahunan. Sementara terowongan pengelak sendiri dirancang untuk menahan debit air hingga kategori Q25 atau setara 547.18 m3/dt, sehingga terowongan tidak mampu mengalihkan debit air.
Dipihak lain, Rohaeti, salah seorang warga Parungsari, Banjar yang rumahnya ikut terendam akibat jebolnya bendungan Leuwikeris mengungkapkan, luapan air sungai Citanduy bukan baru kali ini saja terjadi. Pada tahun 2014 juga pernah terjadi, tapi tidak terlalu parah.
"Yang paling parah itu tahun 1998, ngungsinya sampai ke gunung. Kalau yang kemarin katanya akibat tanggul bendungan Leuwikeris jebol, jadi airnya meluap sampai kesini," ungkapnya seperti dilansir harapanrakyat kemarin.
Ungkapan Rohaeti ini seakan mematahkan penjelasan Humas BBWS Citanduy yang mengatakan kejadian kemarin masuk dalam kategori Q200, yang terjadi dalam setiap 200 tahun sekali. Padahal kejadian tahun 1998 luapan airnya jauh lebih besar dibanding yang membuat bendungan Leuwikeris jebol kemarin ini.
Perlu Audit Khusus
Dipihak lain, Kornas Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak), Danil's menilai, kejadian jebolnya! bendungan Leuwikeris perlu di audit khusus.
"Didalam suasana yang "hening" itu, tidak melulu ada "ketenangan". Kami harap Inspektorat segera membentuk tim untuk melakukan audit khusus, apakah jebolnya bendungan Leuwikeris murni karena bencana, design yang kurang tepat, perencanaan yang kurang teliti, kesalahan konstruksi, atau mungkin ada hal-hal lainnya. Ini perlu di audit," tegasnya.
Ia berharap, jangan karena bendungan Leuwikeris itu salah satu proyek strategis nasional yang harus diselesaikan sesuai target, lantas mengabaikan sisi kualitas, kemanfaatan, biaya hingga keamanannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
"Dimanapun di seluruh dunia, bangunan bendungan itu dirancang untuk tahan Gempa, bahkan Tsunami sekalipun. Kok bisa bendungan Leuwikeris jebol hanya karena banjir...? Inilah perlunya ada audit yang transparan," tandasnya.* (Barak)
Komentar
Posting Komentar