Sengkarut Kepentingan Hancurkan Jenjang Karier
Oleh: Danil's
"SIAPA memuja pasti di puja, tak pandai memuja bersiaplah terjungkal".
Tak ada lagi yang takut akan tajamnya pedang kekuasaan, yang setiap saat bisa membelah dari pucuk rambut hingga ujung kaki.
Bagi pemikir, kekuasaan hanyalah amanah yang wajib diemban dari sang pemberi kuasa. Namun bagi yang tak berpikir, kekuasaan adalah kesempatan untuk mengeruk segala serakah walaupun harus menuai serapah.
Kekhawatiran akan munculnya gambaran penggunaan kekuasaan tidak pada tempatnya, belakangan menguap dari beberapa rekan bincang di jajaran Kementerian PUPR.
Ada yang memandang, kebijakan tentang jenjang karier para pejabat ditingkat pelaksanaan, belumlah murni karena kapasitas (kredibilitas-red). Unsur "kekeluargaan" (koneksi-red) masih menjadi momok yang perlu diwaspadai untuk menjamin jenjang karier benar berjalan pada rel yang tepat.
Meski ringan dan santai, namun beberapa rekan bincang jelas mengindikasikan ada yang kurang tepat dengan kebijakan oknum pimpinan, entah ditingkat Balai maupun di Pattimura.
Ada yang bekerja dengan benar, namun luput dari perhatian (apresiasi-red). Ada pula yang hanya karena kesalahan kecil kemudian "disingkirkan".
Sebaliknya ada yang tak bisa bekerja, bahkan tak punya prestasi yang bisa dibanggakan, namun dipertahankan, bahkan ditempatkan pada posisi yang strategis.
Dan yang paling mengkhawatirkan tidak hanya bagi jenjang karier, namun juga bagi pembangunan nasional adalah, ketika ada oknum yang disinyalir melakukan kesalahan besar, namun tetap dipertahankan. Sekalipun ketidakmampuan dan kesalahan itu sudah menjadi konsumsi publik.
Andai saja masih ada yang memiliki sedikit saja rasa takut, bahwa kekuasaan yang digunakan tidak pada tempatnya, kelak akan menjadi petaka, tidak hanya di-akhirat, tapi bahkan semasa masih di dunia, maka itulah tanda orang-orang yang berpikir.
Ketika dengan kekuasaan yang diemban, dengan mudahnya menghancurkan karier orang lain, maka sejatinya pada saat yang sama, sang pemegang kuasa itu tengah menghancurkan dirinya sendiri. Itulah saatnya ia membawa nuraninya terjun bebas ke-dasar jurang kesesatan yang nyata.
Dan begitu pula ketika dengan kekuasaan yang melekat pada dirinya, sang pemegang kuasa mempertahankan oknum yang tidak memiliki kemampuan atau mungkin saja melakukan kesalahan, maka itulah saatnya ia memelihara api dalam sekam, yang kelak akan membakar sang pemegang kuasa itu sendiri.
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-maidah, Ayat: 8)***
Komentar
Posting Komentar